Blogger templates

Selasa, 24 Januari 2012

Nama Saya Firda...


Wajahnya mengingatkan saya pada seseorang yang dulu kukenal di salah sudut kota Makassar. Begitu juga bentuk tubuhnya mirip sekali. Dia selalu bekerja dalam diam tak banyak bicara dan tak butuh perhatian. 

Nama Firda Ayu Lestari, salah satu mahasiswa baru disalah satu universitas ternama di Makassar, yang sering aku jumpai di perpustakaan wilayah, sejak setahun yang lalu aku sering menghabiskan waktuku di perpustakaan ini untuk mencari artikel tentang tarian indonesia. Saat ini aku sedang menulis buku yang tema cerita tentang tarian indonesia, dan sejak saat itu aku sering mondar-mandir antara rumah dan perpustakaan ini. 

Kalau tidak salah ingat baru 3 bulan gadis itu sering datang ke perpustakaan ini, entah itu dia datang untuk membaca buku psikologi yang sering ia baca, ataukah dia mahasiswa yang akan menyusun skripsi, tesis yang ada hubungannya dengan psikologi pendidikan. Dia sering duduk di sudut ruangan dekat rak buku psikologi berjejer, mungkin hal itu memudahkan dia untuk mengambil buku-buku yang ia butuhkan tanpa harus beranjak terlalu jauh dari tempat ia duduk, sebuah strategi yang bagus. Walaupun setiap hari bertemu dengannya tak pernah ia menyapa atau saya menyapanya, sebab ada sebuah kesungkanan dalamnya. 

Begitulah iramanya tiap hari. Walaupun saya bertemu dengannya di halaman parkir dan di dalam perpustakaan masih saja kami tak pernah saling menyapa, melangkah ke arah  rak buku, mengambil sebuah buku duduk dengan rapi di tempat yang telah di sediakan, membaca, sesekali mengetik hal-hal yang peting untuk buku saya di notebook kecil yang setia menemani saya 3 tahun terakhir ini. 

Suatu malam, ketika saya pulang dari rumah teman. Karna hujannya begitu deras saya tak mampu melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Saya memutuskan mampir di salah satu restoran cepat di sekitar jalan boulevard saji yang kebetulan dekat dengan saya berteduh. Suasana sepi, diluar hujan semua karyawannya sudah pada berkemas menandakan restoran itu sudah mau tutup. Tetapi salah seorang pelayan melihat wajah saya memelas, dia memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal jika iya mau bisa saja iya menolak. Seorang pelayan datang menghampiri serta melepaskan senyum ramahnya walaupun nampak di wajahnya ia terlihat letih. semakin dekat pelayan itu denganku semakin aku mengira-ngira jika aku mengenalnya. Dan benar tebakanku dalam hati kalau tidak salah dia wanita yang sering aku jumpai di perpustakaan wilayah beberapa bulan ini. Aku sangat mengenalnya sebab kadang tiap hari aku berjumpa dengannnya di perpustakaan itu walaupu kami tak pernah saling menyapa. Aku tidak tahu apakah dia mengenal aku atau tidak. Selamat malam pak, sapa dia. mau pesan apa Pak, saya pesan 1 porsi nasi, 1 dada, 1 Pepsi Cola di tambah kentang goreng iya mbak, balasku. Dia sibuk mencatat pesanan saya, lalu kembali bertanya, Saya ulangi iya pak pesanan bapak, 1 porsi nasi, 1 dada, 1 Pepsi Cola di tambah kentang goreng. Itu saja pak yang di pesan tidak ada yang lain, kata dia selanjutnya. Tidak ada mbak, makasih iya pak ditunggu pesanannya, selamat malam. 

Diam-diam aku memperhatikan papan namanya, saat dia menulis pesanan saya. Dipapan nama yang terpasang di bajunya tertulis nama Firda Ayu Lestari, namanya mengigatkan saya pada seseorang nama depannya sama tapi nama tengah dan belakangnya beda walaupun hanya nama depannya yang sama. itu bisa membuat memory otak kananku memutar balik ingatannya jauh kebelakang. Tak lama berselang diapun datang membawa pesan saya, iya masih melempar senyum manisnya, saya teringat pada cerita buku tentang arti kekuatan sebuah senyuman. Jika sesorang memberikan senyum kepada satu orang yang iya jumpai hari itu, maka dampaknya akan luar bisa. Orang mendapat senyuman akan merasa luar biasa. Dia lalu akan tersenyum pada orang yang ia jumpainya. Begitu seterusnya, sehingga senyum itu terus meluas. Padahal asal mulannya hanya dari satu orang yang tersenyum. 

Dia sempat menatap dalam ke bola mataku, seakan dia mau berkata bahwah dia mengenal aku ataukah itu hanya tatapan ramah seorang pelayan kepada tamunya, bukankan pepatah mengatakan pembeli adalah raja, jadi bisa saja dia menatap kepada rajanya yang artinya dia sungkan barangkali. Sembari makan, saya mulai memperhatikan sekeliling, ada yang lagi membersihkan tulang-tulang dia atas meja, kotak-kotak sisa makanan di bawah meja yang berserakan yang harus di buang ke tempat yang seharusnya dia berada, karna tamu yang makan  sebelumnya di meja tersebut hanya membuang kotak-kotak makanan itu kelantai tanpa memikirkan siapa nanti yang akan membersihkannya ataukah tamu itu berfikir sudah ada pelayan yang di bayar untuk membersihkan sampah-sampah itu dan pekerjaan itu sudah di bayar dari Restoran tempat karyawan itu bekerja. 


Tak lama berselang semua makanan di piring berpindah tempat ke lambung saya, minum segelas pepsi cola untuk melancarkan jalannya makanan masuk kelambung sekaligus menhilangkan dahaga saya. Selesai sudah kelihatannya acara bersih-bersih meja dan lantai sudah selesai akupun juga sudah menyelesaikan makanku dan memang terlihat para karyawan cepat saji sudah siap-siap pulang dan menutup tokonya hanya menunggu aku yang beranjak dari tempat dudukku. Merasa aku diperhatikan akupun bergegas keluar dari restoran cepat saji saking buru-burunya, tanpa sengaja aku menambrak salah satu karyawan. Maaf Mbak sekali lagi saya mohon maaf mbak saya terburu-buru kataku, tidak apa-apa pak saya juga kurang waspada jawaban yang sangat santun untuk sebuah pegawai Restoran Cepat saji.


Kenalkan Nama saya farid, oh saya firda terlihat juga dari papan nama yang ada di dadanya nama lengkapnya Firda Ayu lestari. Nama depannya mengigatkan aku pada seseorang yang entah dimana kini kata lagunya sammy mantan Vokalis Krispatih "sedang apa dan dimana," aku melamun, bang kata firda kok melamun oh sorry, oke mbak sampai ketemu lain kali saya berangkat duluan, terima kasih atas pelayanannya ucapku, makasih kembali bang. Sambil berlari saya mengigat-ngigat kembali wajah pelayan tadi apakah karena dia mirip dengan dengan seseorang ataukah karna kebaikan masih menerima tamu yang terakhir di restorannya walaupun saat itu dia sudah bersiap-siap untuk tutup, ataukah karna dia telah menyelamatkanku dari hujan lebat malam ini gumanku dalam hati.


Pagi ini alarmku tidak berbunyi untuk membangunkan aku untuk memberi makan pada rohaniku, sholat subuh Ya Allah ampuni aku melalaikan kewajibanku, melanggar perjanjianku dengan-MU Ya Allah. Terdiamku di dalam kamar, sambil mengerutu, dari dulu aku tidak bisa bangun lebih pagi jika tanpa dibantu oleh bunyi-bunyian, salah satunya yah ini bunyi jam waker yang ku beli disalah satu Mal terkenal di kota ini, kota daeng sebutannya anak-anak gaul di sini, tapi nama kotanya sebenarnya Makassar. Setelah mencuci muka di wastafel yang ada di salah satu sudut kamarku, menatap wajahku di cermin yang sengaja akau pasang pas dia atas wastafel biar setiap aku mencuci muka aku bisa melihat wajahku apa sudah bersih atau belum, apakah masih ada kotoran yang melekat disudut mataku atau tidak hahahaha. Sambil melangkah menuju jendela kamarku, kubuka lebar horden serta melihat keluar membiarkan bola mata menikmati penmandangan pagi ini di kota daeng. Makassar masih hujan hari ini ahhhh, ini menjadi pemandangan setiap hari apalagi saat bulan Desember, tak puas hanya memandang kubuka jendela kamarku membiarkan udara dingin masuk ke dalam kamar memberikan kesejukan dengan harapan aku bisa lebih sehat tinggal di kamar ini yang telah aku kontrak selama 3 tahun ini, aku engan mencari kamar yang lain atau tempat kost yang lain maklum aku tinggal kost jadi dari makan sampai cuci baju aku lakukan sendiri, sesekali jika pakaian telah menumpuk dan tak ada kesempatan untuk mencucinya biasanya aku bawah ke tempat laundry yang usaha ini tumbuh menjamur di kotaku. Bersyukur Kepada-NYA, aku masih kesempatan untuk menikmati hidup dari-NYA, walau kadang aku lalai melaksanakan perintah-NYA, atau kadang aku juga melenceng dari jalur yang IA telah tetapkan kepada ummatnya, tapi apapun yang kau lakukan setiap pribadi akan mempertanggung jawabkan setiap perbuatannya kelak. 


Hujan masih terlihat deras dari kaca jendela kamarku yang berada di lantai 2 sebuah rumah kontrakan yang tak jauh dari Pantai Losari, pantai yang menjadi kebanggaan warga kota daeng. Notebook kecilku kunyalakan, terdengar bunyi sound star up windows 7 yang menjadi OS notebookku. Kuaktifkan aplikasi pemutar musik dan mencari lagu yang pas untuk pagi ini sebelum aku mandi walau udaranya terasa dingin, tapi kita tetap harus membersihkan badan, walaupun kadang kita hanya mandi koboi istilah dari mandi yang tidak bersih, dua samapi tiga timba air cukup untuk mandi koboi hahahahaha. Terdengar suara iwan fals yang keluar dari notebook yang ku letakkan di meja dekat rancangku judulnya "Yang pernah terlupakan,". Ku cari baju yang pas untuk hari ini sebab cuacanya dingin jadi aku pilih mengunakan sweter tapi di lapisi dengan kaos oblong didalamnya biar agak tebal jadi jika nantinya aku menuju ke perpustakaan hari ini aku tidak merasa kedinginan, apalagi aku ke perpustakaan hanya mengunakan sepeda motor butut dan bukan mobil yang dapat menahan dinginnya kota Makassar di bulan Desember.


Dengan sedikit nasi goreng plus telur ceplok cukup untuk mengisi lambungku pagi ini sebab saya ingat pesat ibuku,"nak jangan lupa sarapan kalau pagi sebelum keluar biar ngak gampang masuk angin, apalagi kamu ada gejala magnya," suara itu sering teriang di telinga jika magku kambuh. Mantel hujan sudah aku pakai tas di punggung'ku yang berisi laptop serta catatan dan rencana untuk hari ini sudah aku bungkus juga dengan plastik antik air. Bismillahi rahmani rahim ku ucapkan sebelum meninggalkan parkiran motor di halaman kostku. Motor honda blade keluaran 2010 pelan-pelan menyusuri kota daeng yang masih saja basah sebab hujan dari semalam belum juga reda para pengendara menyalakan lampun kendaraanya meningkatkan tingkat kewaspadaannya, di perempatan Jl. Andi Pettarani aku berhenti sebab lampu pengatur lalulintar terlihat berwarna merah, akupun berhenti sekitar 25 detik lampu hijau menjala, akupun kembali melanjutkan perjalanan menuju perpustaak wilayah yang berada di jalan Sultan Alauddin. 


Tiba-tiba dari arah depanku terdengar bunyi bruuuaaaaakkkkk, seperti ada yang kecelakaan, kontan saja jalur yang ada di sekitarku macet para pengendara yang tidak mau tau apa yang terjadi di depan bergantian membunyikan klakson tiiit.....tiiitttttt...tiiiittt..., membuat suasana semakin kacau jadinya, sabar pak di depan ada kecelakaan, kataku pada salah satu pengendara yang tepat berhenti di sampingku, saya tahu dek tapi saya mengejar jadwal keberangkatan pesawat dan kelihatannya tak ada yang mau menolong pengendara motor yang ternyata terserempet mobil angkutan kota yang biasa disebut PT-PT. Saya berusaha mencari celah menuju lokasi kecelakaan dan memang terlihat seorang wanita yang tergeletak di jalan, aku mencari tempat yang aman untuk memarkir motorku, dan tanpa ragu aku menuju ke arah orang yang tergeletak itu dan berteriak pak tolong pak orang ini butuh pertolongan, harus segera di bawah ke rumah sakit, beberapa orang yang merasa iba langsung menolong mengangkat orang tersebut dan setelah helemnya di buka ternyata dia seorang wanita, aku menahan taxi yang melintas di hadapanku dan menaikkan wanita tadi tapi masalahnya tak ada satu orangpun yang siap menemaninya ke rumah sakit sopir taxipun tdk mau jika hanya dia yang mengantarnya ke rumah sakit, okelah pak saya yang menemani dia, jalan pak menuju rumah sakit terdekat dan menurut saya yang paling dekat adalah rumah sakit RS. Faisal. Wanita itu langsung di larikan masuk ke ruang UGD saat dia tiba di RS. Faisal, taxi aku bayar dan mengucapkan terima kasih, sambil menuju bagian pendataan pasien yang masuk salah seorang perawat memintaku untuk menuju ke bagian administrasi, nama yang masuk UGD tadi siapa pak, aku tidak tahu jawabku, perwat itu melotot melihatku, saudara ini bagaimana sih, saudara kan yang membawa korban kemari masa sih tidak tahu namanya, sabar mbak, begini saya hanya menolong wanita tadi dia korban tabrak lari, ujarku. Oh maaf yach pak nah begitu dong jangan asal melotot saja, jawabku dalam hati. Tas wanita tadi di di serahkan kepadaku dan di minta di buka sambil di dampingi perawat yang bertugas di bagian administrasi pagi ini, pak saya saksinya buka aja tasnya kita liat siapa tahu ada tanda pengenalnya atau HP nya yang agar kita bisa menghubung keluarga korban, ucap perawat tersebut, betul juga kata perawat ini sambil tersenyum kepadaku, senyum ramah seorang perawat. Tasnya aku buka dan terlihat di dalamnya ada dompet berwarna hitam dan sebuah handpone serta buku-buku, yang kini letaknya tidak beraturan lagi. Nah itu pak ada dompetnya buka saja pak kita liat identitasnya, tanpa tunggu waktu lama sayapun membuka dompetnya dan mencari  identitas yang ada di dalam dompet ada, ATM, KTP, SIM, SNTK, dan Kartu Mahasiswa, aku mengambil KTPnya dan membaca, aaahhh masa sih dia gumanku dalam hati, kenapa pak baca dong KTPnya, ujar perawat yang dari tadi memperhatikan aku mulai dari membuka dompetnya sampai saat mengeluarkan KTP dari dompet korban. Oh iya mbak maaf namanya Firda ayu lestari alamatnya Kompleks Jl. Diponegoro, Kompleks Permata sari Blok C/126.


Coba Pak handphonenya di ambil dan bapak cari nomor telepon keluarganya atau temannya yang bisa beri informasi kali saudari Firda kecelakaan, tanggan saya bergerak lincah mencari nomor-nomor yang tersimpan di Hp firda, karna biasanya kita menyimpan nama keluarga dengan nama lain biasanya My Father, My mother,papa, mama, My sister atau nama yang lain, tak perlu waktu lama saya menemukan nama saudaranya yang di simpan dengan nama My sister, nomor itupun saya hubungi terdengar nada sambung pribadi dari speaker Hp yang saya pegang, 1 kali belum di angkat, 2 kali belum juga di angkat, ku coba lagi untuk yang terakhir kali sebelum aku mencoba mencari nomor yang lain, Halo sapa seseorang di ujung sambungan telepon seluler yang aku gengam, ada firda lagi dimana kak ibu sudah menunggu kakak di rumah kok belum pulang jam segini kan biasanya kakak sudah pulang, jawabnya soalnya yang dia tahu nimor yang menghubunginya itu adalah nomor kakaknya jadi tanpa menunggu suara kakaknya dia dulu yang kesal. Ehh siapa kau mana kakak aku saat aku menjawab Halo, sabar yach dik, saya farid teman kakak adik dan saya mau menyampaikan berita bahwah kakak adik yang namanya firda, kenapa kakak saya jawabnya sebelum saya selesai menjelaskan apa yang terjadi. Di culik yah mau minta tebusan berapa jawabnya lagi tapi kini dengan suara yang agak mengertak, bukan adik saya bukan penculik, saya maawu menyampaikan bahwah saudara adik sekarang ada di rumah sakit faisal dalam kondisi tidak sadarkan diri sebab pagi kakak adik di serempet angkutan kota, begitu adik. Apa...???, tolong jangan panik dokter sudah berusaha menolong saudara adik, dan saya menunggu adik beserta keluarga di rumah sakit faisal. Terima kasih saya akan segera menuju ke rumah sakit. 


Sekitar setengah jam aku menunggu, hingga keluarga firda datang, saya juga tidak mengenal keluarga tapi nampak dari kejahuan, beberapa orang berlari panik seakan ada yang dia kejar dan aku menebak mungkin ini keluarga Firda, semakin lama tiga orang ini semakin dekat denganku. Kuberanikan diri menyapanya, maaf mbak, iya ada apa mbak saudaranya Firda oh iya anda kenal. Saya Farid yang mengantar saudara mbak ke rumah sakit, masyallah..., terima kasih iya kak. Dimana kakak saya sekarang, tenang mbak jangan panik kakak adik sudah ditangani sama dokter di ruang gawat darurat, mari saya antar. Sayapun berjalan di sampingnya menuju ruang UGD (Unit Gawat Darurat) yang ada di Koridor A rumah sakit ini, Nah itu dia ruangannya kita hanya bisa melihat dari balik kaca ruang UGD. Oh iya orang tuanya mana dik kok tidak datang menyapa gadis manis di sampingku yang mengaku sebagai adiknya firda. Iya kak lagi di jalan sama saudara-saudara yang lain, saya tadi berangkat duluan, biar yang lainnya menyusul, terima kasih lagi yah kak sambil mengulurkan tangannya tanda perkenalan saya menyabut uluran tangannya dan kamipun bersalaman. Nama saya nita saya farid, tiba-tiba ada suara nyaring dari arah depan koridor A, nitaaaaaaa....., oh maaf yah itu ibu saya silahkan. Iya bu nita, bagaimana keadaan kakakmu tenag bu tarik napas dulu baik bu itu di dalam sambil menunjuk ke kamar UGD, sedang di tangani dokter ahli, jadi sekarang ibu dan bapak duduk dulu disini. Bu ini kenalkan Kak Farid dia yang menolong dan mengantarkan Firda ke rumah sakit, tak pernah kuduga sebelumnya ibunya firda langsung memeluk aku, terima kasih ya nak, sama-sama ibu ini bapaknya firda, hai nak saya iwan ucap bapak yang terlihat tegar mendapat musibah seperti ini, dan yang ada di sana adalah teman-teman firda.


Satu persatu teman firda maju mendekati saya mengucapkan kata terima kasih atas apa yang saya perbuat pagi ini. sekitar sejam menunggu firda belum juga sadar tapi dokter sudah menyampaikan bahwah firda sudah melewati masa kritisnya dan luka-luka yang ada di badannya itu tidak terlalu parah hanya otak kecilnya yang perlu perawatan sebab kata dokter dia mengalami geger otak ringan, syukurlah kalau begitu ucap ayahnya semoga Allah. SWT masih melindunggi kita semua Amin... ucapku dalam hati. Sebab firda sudah di pindahkan ke kamar perawatan saya bermaksud pamit pulang sebab firda sudah ada yang menjaganya keluarga dan teman-temannya. Saya pulang dulu yah Ibu, Pak, saya harus keperpustakaan wilayah menlanjutkan rencana hari ini oh iya bu, anak ibu saya kenal juga dari perpustakaan wilayah sebab saya sering berjumpa dengan dia disana tapi kami tak pernah saling menyapa hanya sebatas pembaca buku di perpustakaan. Terima kasih sekali lagi ya nak ucap ibu itu seakan aku ini dewa penolong bagi anaknya yang kini terbaring tak sadarkan diri ruang perawatan VIP. 


Dari kejahuan di depan pintu masuk Koridor VIP Class A, nampak seorang wanita berjalan tergesa-gesa aku memperjatikannya hanya sepintas sebab terlalu banyak pasien di rumah sakit ini, mungkin dia lagi mencari saudara, sahabat, atau dosen, guru, ataukah kekasihnya yang masuh ke ruangan VIP Class A. Aku mengambil tas dan bersalaman dengan keluarga firda serta teman-temanya, dan bersiap untuk meninggalkan mereka tetapi sebuah suara yang tak asing ku dengar menyapa Bunda bagaimana keadaan firda, tolong tunjukkan dimana dia, maaf ya bunda tadi pagi saya tidak menemaninya ke perpustakaan padahal saya sudah melarangnya karna tadi pagi hujannya lebat bunda. Tidak apa-apa nak untung ada anak ini yang mau menolongnya katanya kenal di perpustakaan tempat firda sering mencari bahan untuk menyelesaikan tesisnya. Nak sapa ibunya firda, iya bu akupun menoleh setelah tasku telah melekat di punggungku, kenalkan ini sahabatnya firda, akupun menatapnya ah...apa benar kau dunia memang hanya selebar daun kelor. Kau....kau.... ucapan itu sepontan ku ucapkan ada iya aku. Hai apa kabarmu, baik ucapnya ibu firda bingung sebab ternyata kami sudah saling kenal. Sahabat firda itu nama indah gadis yang dulu pernah jadi belahan jiwaku, tapi beberapa tahun yang lalu setelah menjani suka duka bersama selama hapir 8 tahun kami memutuskan untuk bepisah karna sesuatu hal yang   
sangat masuk akal saat itu, tapi setelah terfikirkan kembali ternyata alasan itu sekarang menjadi hal yang todak masuk akal tetapi hanya sebuah alasan untuk berpisah saja tapi bukan aku yang memulainya indah yang meminta saat itu, ah masa lalu tapi sampai saat ini indah masih menjadi gadis yang terbaik buat aku setelah tiga tahun lamanya berpisah.


Kalian sudah saling kenal rupanya, iya bu sudah kak farid ini dulu teman dekatku bu, oh begitu, serentak teman-teman firda mengejek huuuuuuuuuuu asik niiee ketemu mantan. Sayapun jadi grogi di buatnya, oh iya bu saya berangkat dulu, mengapa terburu-buru nak kata ibunya firda, iya bu saya harus mengambil motor saya dan harus keperpustakaan menyelesaikan rencana ini hari kalau sempat nanti saya mampir jika firda masih disini. Indah saya pamit iya kak farid hati-hati di jalan, tatapannya masih seperti dulu suaranya masih mampu mengetarkan jiwaku, yang sudah beberapa tahun terakhir ini tak pernah bergetar seperti ini jika mendengar suara seorang wanita, akupun bersalaman dan terakhir ku salami indah, maaf ya kak ucapnya luruh, ngak ada yang perlu di maafkan semua sudah terjadi kakak sudah memafkanmu sambil tersenyum akupun melambai sambil mengucapkan Assalamu Alaikum, walaupun dalam hati ini ingin memelukmu saat itu tapi apa daya semunya sudah berlalu, Wa'alaikum salam ucap indah dan kelurga dan teman-teman firda.


Hari itu aku terakhir melihat indah setelah sekian tahun tak pernah bertemu, sejak perpisahaan itu, baru saat itulah aku bertemu dengannya dan aku tak pernah sempat kembali ke rumah sakit itu lagi untuk melihat firda dan senyum manis indah, sebab setelah pulang dari perpustakaan kantorku di kalimantan menelepon untuk segera berangkat malam ini juga tiket sudah ada. Akupun berangkat tanpa pernah tahu kabar mereka bagaimana saat ini.


Banjarmasin, 24 Januari 2012.




1 komentar: